Seputar Sambas

2010/01/26

Geratak Sabbo akan Dipindah

Filed under: Uncategorized — Tags: , — jimmysie @ 4:16 pm

SAMBAS–Geratak atau jembatan Sabbo’ rencana akan dipindahkan Pemerintah Kabupaten Sambas ke lokasi lain. Bangunan tua yang mempunyai nilai historis itu akan diganti dengan jembatan kerangka baja. Hal ini terungkap saat pemerintah daerah memberikan informasi kepada anggota DPRD Kalbar daerah pemilihan Kabupaten Sambas. Kepala Dinas Bina Marga Perairan dan ESDM Sambas Fery Madagaskar, Kamis (26/11), mengatakan pemerintah daerah telah melakukan kajian teknis pembangunan jembatan baru. Menurutnya, dana yang dibutuhkan membangun jembatan baru sebesar Rp28 miliar.

“Kondisi jembatan sekarang sudah tidak memungkinkan untuk dilalui mobil. Kekuatannya sudah tidak seperti dulu lagi,” katanya.Ia menyebutkan jembatan ini cukup padat lalu lintasnya, karena dilalui masyarakat terutama pelajar setiap harinya. Dikatakannya, di sana cukup banyak sekolah baik SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.“Bayangkan saja setiap hari 1.000 orang menggunakan sepeda motor melintas di jembatan tersebut. Tentunya, nilai kekuatan jembatan berangka kayu ulin itu tidak mampu menerima tekanan kendaraan yang lebih besar,” ungkap Feri.Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid mengatakan jembatan kayu itu akan dipindahkan ke lokasi yang tidak terlalu ramai lalu lintasnya. Menurutnya, upaya pemerintah daerah supaya kerusakan tidak parah dengan memasang portal untuk mobil.

“Kami mengharapkan dukungan anggota DPRD Kalbar khususnya dapil Kabupaten Sambas membantu penganggarannya. Kalau pun, di Pemprov Kalbar punya anggaran untuk percepatan bangunan jembatan baru,” tuturnya.Ia mengemukakan Kabupaten Sambas mempunyai keterbatasan pembangunan. Dikatakannya, daerah yang baru lepas dari kata tertinggal ini mengharapkan dukungan anggaran pemerintah provinsi.“Cukup banyak pembangunan infrastruktur daerah yang menggunakan sharing anggaran antara kabupaten dan provinsi. Mudah-mudahan, rekan-rekan DPRD Kalbar dapil Kabupaten Sambas dapat memperjuangkannya,” ujar Burhanuddin. (riq)

Sumber:

http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=26186

Semangka Emas (Cerita Rakyat Sambas)

Filed under: Uncategorized — Tags: , , — jimmysie @ 4:12 pm
“Rambut sama hitam, hati lain-lain,” (Sungguhpun manusia mempunyai persamaan pada zahirnya, namun sifat, kelakuan, perasaan dan hati masing-masing adalah berbeda). Makna peribahasa ini tergambar dalam sebuah cerita rakyat di daerah Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang dua orang bersaudara yaitu Muzakir dan Dermawan. Keduanya adalah putra dari seorang saudagar kaya di daerah itu. Setelah orang tuanya meninggal, keduanya mendapat harta warisan yang sama banyaknya. Namun, kedua orang bersaudara ini memiliki sifat, kelakuan, perasaan dan hati yang berbeda. Muzakir memiliki sifat yang sangat kikir. Ia enggan untuk mengeluarkan uang atau hartanya untuk kepentingan apapun. Sebaliknya, Dermawan, sesuai dengan namanya, memiliki sifat yang sangat dermawan. Ia suka mengeluarkan uang atau hartanya untuk kepentingan yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain. Suatu ketika, si Dermawan jatuh miskin, karena sebagian besar hartanya disumbangkan kepada orang-orang miskin. Muzakir yang mendengar kabar itu tertawa terpingkal-pingkal, karena dikiranya saudaranya itu orang bodoh.

Berselang beberapa waktu, Muzakir mendengar kabar lagi tentang Dermawan, bahwa saudaranya itu sudah tidak miskin lagi. Ia tiba-tiba menjadi kaya-raya, rumahnya sangat besar dan kebunnya sangat luas. Hal ini membuat Muzakir penasaran untuk mengetahui rahasia keberhasilan saudaranya yang tiba-tiba kaya mendadak. Pembaca yang budiman, penasaran juga kan…? Bagaimana cara Dermawan bisa kaya mendadak? Mau tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Semangka Ema berikut ini.

* * *

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di Sambas, Kalimantan Barat, hiduplah seorang saudagar yang kaya-raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Namun, keduanya memiliki sifat dan tingkah laku yang sangat berbeda. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang. Ia tidak pernah memberikan sedekah kepada fakir miskin. Sebaliknya, Derwaman sangat peduli dan selalu bersedekah kepada fakir miskin. Ia tidak rakus dengan harta dan uang.

Sebelum meninggal dunia, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Ia bermaksud agar anak-anaknya tidak berbantahan dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak. Setelah harta tersebut dibagi, Muzakir dan Dermawan tinggal terpisah di rumahnya masing-masing. Muzakir tinggal di rumahnya yang mewah, demikian pula Dermawan.

Uang bagian Muzakir dimasukkan ke dalam peti, lalu ia kunci. Bila ada orang miskin datang ke rumahnya, ia bukannya memberinya sedekah, melainkan tertawa mengejeknya. Bahkan ia tidak segan-segan mengusirnya jika orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya. Suatu hari, seorang perempuan tua dengan pakaian compang-camping berjalan terseok-seok datang menuju rumah Muzakir. Di depan rumah Muzakir, nenek tua itu memohon belas kasihan, “Tuan, kasihanilah nenek. Berilah nenek sedekah!” Mendengar suara nenek itu, Muzakir keluar dari dalam rumahnya dan menertawakan perempuan tua itu, “Ha ha ha…. Hai nenek jelek, pergi kau dari sini! Aku muak melihat wajahmu yang keriput itu!” Meskipun dibentak, nenek tua itu tidak mau beranjak. Ia pun terus mengiba kepada Muzakir, “Tapi tuan, nenek sudah dua hari tidak makan, kasihanilah nenek.” Melihat nenek itu tidak mau pergi, Muzakir menyuruh orang gajiannya untuk mengusirnya. Akhirnya, perempuan tua yang malang itu pun pergi tanpa mendapat apa-apa, kecuali penghinaan.

Orang-orang miskin yang sudah mengetahui sifat Muzakir yang kikir itu, termasuk si nenek tua tadi, tidak mau lagi ke rumah Muzakir. Mereka kemudian berduyun-duyun ke rumah Dermawan. Berbeda dengan sifat Muzakir, Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin tersebut dengan senang hati dan ramah. Mereka dijamunya makan dan diberinya uang karena ia merasa iba melihat mereka hidup miskin dan melarat. Hampir setiap hari orang-orang miskin datang ke rumahnya. Lama-kelamaan harta dan uang Dermawan habis, sehingga ia tidak sanggup lagi menutupi biaya pemeliharaan rumahnya yang besar. Akhirnya, ia pindah ke rumah yang lebih kecil, dan mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Meskipun demikian, ia tetap bersyukur dengan keadaan hidupnya.

Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. “Itulah akibatnya selalu melayani orang-orang miskin. Pasti kamu juga ikut miskin, dasar memang tolol si Dermawan itu,” gumam si Muzakir. Bahkan, Muzakir merasa bangga sekali karena bisa membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya itu.

Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan, “Kasihan,” kata Dermawan. “Sayapmu patah, ya?” lanjut Dermawan berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalu diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. “Biar kucoba mengobatimu,” katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan. Burung itu pun menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan akhirnya ia pun terbang.

Keesokan harinya burung pipit itu kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, lalu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tersenyum melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun hanya biji biasa, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanamnya di belakang rumahnya.

Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Ternyata, yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya, karena banyak sekali bunganya. “Kalau bunganya ini semuanya menjadi buah, saya pasti kenyang makan semangka dan sebagiannya bisa saya sedekahkan kepada fakir miskin,” kata Dermawan dalam hati berharap. Tetapi aneh, setelah beberapa minggu semangka itu ia pelihara dengan baik, namun di antara bunganya yang banyak itu hanya satu yang menjadi buah. Meskipun hanya satu, semangka itu semakin hari semakin besar, jauh lebih besar dari semangka umumnya. Dermawan tergiur melihat semangka besar itu. “Kelihatannya sedap sekali semangka ini. Mmm….harum sekali baunya,” ucap Dermawan setelah mencium semangka itu.

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya semangka itu dipanen. Dermawan memetik buah semangka itu. “Wah…, bukan main beratnya semangka ini,” gumam Dermawan sambil terengah-engah mengangkat semangka itu. Kemudian ia membawa semangka itu masuk ke dalam rumahnya, dan diletakkannya di atas meja. Lalu dibelahnya dengan pisau. Setelah semangka terbelah, betapa terkejutnya Dermawan. “Wow, benda apa pula ini?” tanya Dermawan penasaran. Ia melihat semangka itu berisi pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Disangkanya hanya pasir biasa. Setelah diperhatikannya dengan sungguh-sungguh, ternyata pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia tidak sadar kalau dari luar rumahnya ada seekor burung memperhatikan tingkahnya. Setelah burung itu mencicit, baru ia tersadar. Ternyata, burung itu adalah burung pipit yang pernah ditolongnya. “Terima kasih! Terima kasih!” seru Dermawan dengan senangnya. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.

Keesokan harinya, Dermawan membeli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Meskipun setiap hari dan setiap saat orang-orang miskin tersebut datang ke rumahnya, Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu. Uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah-ruah. Tersiarlah kabar di seluruh kampung bahwa Dermawan sudah tidak miskin lagi.

Suatu hari, berita keberhasilan Dermawan terdengar oleh abangnya, Muzakir. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Ia pun ingin mengetahui rahasia keberhasilan adiknya, lalu ia pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepada Muzakir tentang kisahnya.

Mengetahui hal tersebut, Muzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kakinya atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, tak seekor burung pun yang mereka temukan dengan ciri-ciri demikian. Muzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Ia gelisah memikirkan bagaimana caranya mendapatkan burung yang patah sayapnya. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan (sumpit). Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung itu. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Tak lama, burung itu kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira. Dalam hatinya, ia selalu berharap agar cepat menjadi kaya, “Ah, sebentar lagi saya akan menjadi kaya-raya dan melebihi kekayaan si Dermawan,” kata Muzakir dalam hati tak mau kalah.

Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tiga hari kemudian, tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Beberapa bulan kemudian, tibalah waktunya semangka itu dipanen. Dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir sudah tidak sabar lagi ingin melihat emas urai murni berhamburan dari dalam semangka itu. Ia pun segera mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil muntah-muntah, karena tidak tahan dengan bau lumpur itu. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya. Dermawan menjadi sangat malu ditertawakan oleh orang-orang di sekitarnya.

* * *

Dari cerita di atas, dapat dipetik hikmahnya bahwa sekecil apa pun pemberian orang, harus kita terima dengan senang hati. Karena kita mana tahu, kalau benda kecil itu sangatlah berharga. Hal ini tercermin pada sifat Dermawan ketika ia menerima biji kecil dari burung pipit. Ia menerimanya dengan senang hati, dan ia tidak menyangka kalau biji kecil itu akan menjadi emas urai murni.

Hikmah lain yang dapat diambil dari cerita di atas adalah menjadi orang dermawan memang membutuhkan suatu pengorbanan, baik materil maupun moril. Pengorbanan tersebut hanya Allah SWT saja yang dapat menggantinya, itu sangat cepat dan datang dari arah yang tidak pernah kita duga. Hal ini tercermin pada sifat Dermawan yang suka menolong fakir miskin meskipun ia sendiri ikut menjadi miskin. Namun, semua pengorbanan yang telah dilakukan Dermawan tersebut dibalas oleh Allah SWT, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari apa yang telah ia dermakan.

Sebaliknya, jika kita menjadi orang yang loba, kikir, tidak mau memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan, maka Allah SWT enggan untuk membalasnya dengan kebaikan. Seperti yang dialami oleh Muzakir, karena ia suka menumpuk-numpuk harta dan tidak mau bersedekah kepada fakir miskin, maka Allah membalasnya dengan kehinaan. Ia menjadi terkucilkan dari masyarakat di sekitarnya. Ketika ia berharap mendapat emas, lumpur berbau bangkai yang ia peroleh, dan orang-orang di sekitarnya pun menertawakannya.

Harta datangnya dari Allah SWT Yang Maha Pemberi Rezeki dan Mahakaya. Harta itu dititipkan kepada manusia agar mereka bisa beramal dan bersedekah dengan ikhlas semata-mata karena mengharap keridaan-Nya. Dengan demikian, manusia akan mendapatkan balasan pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat daripada-Nya. Oleh karena itu, marilah memperbanyak sedekah dan membantu orang lain, terutama orang-orang yang tidak seberuntung kita. Senang jadi dermawan, kejutan akan datang tiap saat, hidup menjadi semakin indah dan dunia akan tersenyum melihat kita.

Sumber :
http://www.mail-archive.com
melayu online

Malaysia Klaim Tenun Ikat Sambas

Filed under: Uncategorized — Tags: , — jimmysie @ 4:10 pm

Malaysia sepertinya tidak bosan mengklaim karya Indonesia. Yang terbaru, tenun ikat kerajinan Sambas, Kalimantan Barat, diakui sebagai produk negeri jiran itu.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalbar Dody S. Wardaya menemukan tenun ikat Sambas yang diberi label made in Malaysia.

Tenun ikat itu aslinya memang diproduksi para perajin asal Sambas. Pemasarannya sampai ke Malaysia. Saat beredar di pasar negeri jiran, produk itu dilabeli made in Malaysia. ”Supaya jangan sampai berlarut-larut, ini segera kita daftarkan jenis-jenisnya,” kata Dody.

Begitu juga jenis tenun ikat lain dari kabupaten/kota di Kalbar dan hasil industri kreatif lain seperti tikar. Kerajinan itu juga diincar Malaysia. “Di Waterfront Kuching, Malaysia, banyak pedagang kaki lima di sana menjual produk dari Indonesia dengan label made in Malaysia. Mereka pandai, sebelum dijual, barang-barang itu dimasukkan dulu di rumah untuk diberi label. Saya melihatnya sendiri,” kata Dody.

Dia berjanji pemerintah provinsi memberikan kemudahan pengurusan pendaftaran hak atas kekayaan intelektual ke Departemen Hukum dan HAM. “Karena itu, kami mendorong industri kreatif untuk mendaftarkan hak cipta dan patennya,” ujarnya.

Ketua Lembaga Kajian Budaya Kalbar Yosi Pontian Delyuswar mengatakan, pengurusan hak atas kekayaan intelektual, hak paten, dan merek sebagai perlindungan hukum atas karya ciptanya tidak terlalu sulit. “Cuma karena kurang sosialisasi, produsen tidak tahu cara mendaftarkan hasil karya ciptanya,” kata pria yang lembaganya pernah menyelenggarakan sosialisasi tentang hak paten dan hak cipta di Pontianak beberapa bulan yang lalu kepada Pontianak Post belum lama ini.

Sumber : jawapost

Giliran Bubur Padas Sambas Diklaim Malaysia

Filed under: Uncategorized — Tags: , — jimmysie @ 4:08 pm
Mungkin tak banyak yang tahu kalau Bubur Padas, makanan khas masyarakat Kabupaten Sambas, Kalbar, telah lama diklaim sebagai salah satu makanan Malaysia. Guna lebih mempopularkan masakan yang satu ini, resep bubur padas telah dibukukan dalam Malay Culture Sarawak, Bubur Padas Had Its Origins From The Sarawak Malay. Pustaka Neg.Sarawak 2005.Pembukuan resep bubur padas asal Kabupaten Sambas oleh pihak Malaysia itu jelas menimbulkan dampak yang kurang baik. Bagaimana tidak, akibat peredaran resep bubur padas secar luas, masyarakat Malaysia yang tidak tahu tentang asal usul bubur padas mengira makanan tersebut memang berasal dari Malaysia.

Temuan ini dikemukakan Muhammad Natsir, peneliti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak Wilayah Kalimantan. Dalam kunjungannya ke Perpustakaan Sarawak, beberapa waktu lalu, dirinya banyak menjumpai hasil karya dari penulis serta sastrawan dari Kalimantan Barat. Karya mereka banyak yang dijadikan buku di Malaysia. Alhasil, Malaysia mengkalim bahwa karya anak bangsa tersebut telah menjadi hak intelektual mereka. Salah satu buku tersebut adalah Bubur Padas.Selain mengkalim bubur padas, Malaysia juga mengakui kerajinan Tikar Lampit dan Ikan Terubok menjadi bagian dari seni kerajinan tangan dan panganan khas Sarawak. Begitu hebatnya promosi Malaysia terhadap kedua jenis produk home industries ini, sampai-sampai para pedagang di Sarawak menjadikannya sebagai oleh-oleh. “Kalau saja Malaysia mau jujur, sebenarnya Ikan Terubok merupakan panganan khas masyarakat Melayu Mempawah. Panganan ini banyak dijual di Pasar Sungai Kunyit. Sedangkan Tikar Lampit merupakan kerajinan khas masyarakat suku Dayak yang tinggal di Kabupaten Bengkayang, Sanggau, Sintang, serta Kapuas Hulu,” terang Natsir.

Belajar dari kejadian yang telah lalu, dimana Malaysia telah mengklaim tari Reok Ponorogo yang dikembangkan para migran Jawa di Malaysia; alat musik Angklung dari Jawa Barat, seni Batik dari Jawa, lagu Rasa Sanyange, lagu Padang yang dinyayikan Tiar Ramon, serta tari Pendet dari Bali yang ditayangkan KRU Sdn Bhd di Discovery Channel, sepertinya bangsa Indonesia perlu menarik pelajaran penting.  Pengamat sosial dari Fisip Untan, M Sabran Achyar mengatakan tindakan saling klaim budaya oleh Malaysia sebenarnya tidak perlu terjadi jika pemerintah Indonesia mau memberikan proteksi terhadap hasil karya anak negeri. Pemberian proteksi seperti itu dibenarkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten (Hak Paten). “Saya melihat pemerintah lamban dalam bertindak. Kalau saja dari dulu pemerintah mau mematenkan aneka seni budaya bangsa kita, maka peristiwa pengakuan asset bangsa oleh Malaysia tentu tidak akan terjadi,” ungkap Sabran yang juga aktif di Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS) ini.

Menindaklanjuti pengakuan budaya bangsa oleh Negara lain, Sabran meminta kepada instansi terkait untuk segera melakukan inventarisir asset budaya daerah secara lengkap. Setelah itu, patenkan. Agar dikemudian hari persitiwa yang sama tidak lagi terulang, ada baiknya jika pemerintah aktif melakukan promosi budaya ke sejumlah negara sahabat. “Dengan rutinnya melakukan kunjungan muhibah ke negara tetangga, saya yakin aksi saling klaim budaya akan berakhir,” sarannya.(go)

Sumber:

http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=23052

Blog at WordPress.com.